Saat ini rasanya Negara kita mengalami krisis kebudayaan. Hal ini terlihat jelas dengan semakin berkurangnya orang yang menggunakan, terutama mempelajari bahasa suatu daerah untuk dilestarikan keberadaannya dan diturunkan kepada generasi berikutnya agar tidak hilang. Namun kita juga tidak dapat memaksa kehendak mereka untuk belajar bahasa dan kebudayaan daerah karena mereka yang lebih tertarik untuk mempelajari bahasa asing seperti bahasa inggris, mandarin, jepang, dan lain – lain. Hal tersebut dapat dibenarkan karena mempelajari bahasa asing sebagai tuntutan pekerjaan.

Alat musik tradisional pun juga hampir hilang keberadaannya. Tidak banyak orang yang mau mempelajari alat musik tradisional seperti gambang kromong, angklung, gamelan, dan alat musik tradisional lainnya. Krisis tidak hanya pada orang yang mempelajarinya, namun juga pada orang yang menonton kebudayaan tersebut. Anak muda sekarang lebih tertarik mempelajari gitar, drum, piano, dan alat musik modern lainnya. Hal ini sangat disayangkan karena tidak ada minat dari dalam diri pribadi tiap orang untuk melestarikan budaya yang ada sejak dahulu dan mulai memudar sekarang.

Tapi kita tidak boleh berkecil hati. Walau sedikit yang melestarikannya, tetap saja masih ada segelintir orang yang berusaha untuk menyelamatkan kebudayaan yang sudah mereka dapatkan secara turun – temurun. Contohnya adalah Saung Angklung Mang Ujo (kalau saya tidak salah ingat) yang berada di Bandung. Disana kita dapat menyaksikan aksi permainan alat musik angklung dan alat musik tradisional lainnya. Tarian daerah pun masih disajikan sebagai pertunjukkan utama mereka. Sepertinya orang-orang yang bekerja disitu adalah warga sekitar yang tidak ingin kehilangan budaya mereka dan sebagai salah satu mata pencaharian mereka. Para penari dan pemain music berasal dari segala umur, ada yang masih berusia belia sampai yang dewasa. Suasana disana juga sangat kental dengan adat Sunda, contohnya saja beberapa souvenir yang dapat kita beli seperti angklung, patung-patung, dan lainnya. Makanan yang disediakan juga mencerminkan kebudayaan, yaitu nasi timbel lengkap dengan lauk-lauknya. Bahasa sehari-hari mereka adalah bahasa Sunda. Sungguh menyenangkan bisa berkunjung kesana karena saya masih dapat melihat sebuah kesenian yang tidak dapat ditemukan di kota besar sekarang ini.

Untuk masalah kerajinan tangan, kita dapat melihat pusatnya di kota Tasikmalaya, kalau tidak salah namanya Rajapolah. Disana kita dapat melihat berbagai macam kerajinan tangan yang unik dan menarik. Ada kotak tisu dari rajutan rotan, miniatur sepeda ontel dari kayu, taplak meja berbagai macam motif batik, dan lain-lain. Banyak kios dan toko yang menjual kerajinan tersebut.

Hal lain yang dapat kita banggakan dalam pelestarian budaya adalah acara komedi Opera van Java. Walau saya jarang sekali menonton, tapi saya tahu sedikit. Di acara tersebut terdapat seorang dalang yang menceritakan jalannya cerita, dalang tersebut menggunakan baju adat Jawa, blangkon, dan kain sarung batik. Tidak lupa dengan dua sinden yang mengenakan kebaya dan para pemain musik tradisional. Cerita yang dibawakan pun bermaca-macam. Ada yang menceritakan tentang sejarah, legenda, mythe, dan lain-lain.

Walau ada hal-hal yang kurang menyenangkan, namun kita melihat sisi positifnya saja. Masih ada sedikit cahaya harapan yang menerangi kebudayaan yang patut kita banggakan dan lestarikan. Sebagai anak bangsa Indonesia, setidaknya kita menyempatkan diri untuk menengok sedikit dan mengingat beberapa hal tentang kebudayaan yang kita miliki. Kita tidak boleh malu atau berkecil hati dengan kebudayaan tersebut, karena kebudayaan yang telah ada sejak dulu merupakan warisan yang tidak ternilai harganya.