Saat kecil saya sering sekali berada di dekat ayah. Saya melihatnya sebagai sosok yang hebat dan penuh dengan tanggung jawab. Ketika itu saya tinggal di sebuah rumah kontrakan yang ukurannya kecil namun cukup nyaman untuk ditinggali. Dengan segala kesederhanaan yang kami miliki, ayah saya tidak pernah berhenti berusaha untuk memajukan kesejahteraan keluarga agar anak-anaknya dapat hidup layak dan berkecukupan.
Mungkin di masa itu saya belum memiliki sebuah cita-cita yang biasanya anak-anak lain sudah memilikinya. Entah apa yang membuat saya tidak memiliki cita-cita, mungkin karena saya adalah orang yang tidak ambisius dalam melakukan segala hal. Tapi saya memiliki inspirasi kuat dari ayah saya. Saat masih duduk di bangku sekolah dasar saya pun pernah membuat tulisan tentang cita-cita menjadi seperti ayah saya yang dapat bertanggung jawab atas keluarga yang dipimpinnya. Namun sampai sekarangpun saya masih ragu dengan cita-cita yang saya kehendaki. Lebih tepatnya saya hanya berusaha dan berpasrah diri dengan apa yang akan saya dapatkan nanti saat lulus dari perguruan tinggi.
Ayah saya bisa dibilang sebagai orang yang sukses. Ia telah melewati berbagai macam cobaan dalam meniti karirnya sampai titik maksimal. Entah apa yang membuatnya terus berusaha tanpa kenal lelah dan itulah yang menjadi kekuatan saya untuk terus berusaha agar saya dapat meraih cita-cita yang masih tersamarkan oleh kebimbangan dan ketidakpastian. Saya tidak berniat menjadi seorang programmer atau system analyst. Dalam diri saya mungkin cukup menjadi seseorang yang bisa berguna bagi segelintir orang.
Saya juga tidak dapat membuat pernyataan bahwa saya akan menjadi seseorang yang professional dalam bidangnya. Cita-cita hanyalah sebuah impian yang digunakan sebagai motivasi untuk mencapai tujuan hidup. Tanpa cita-cita, manusia tidak berarti apa-apa. Dan semoga cita-cita saya yang ingin menjadi sesosok orang seperti ayah saya dapat terwujud dengan cara yang saya tempuh sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar