Kali ini saya akan menceritakan pengalaman saya bersama teman – teman seiman saya dalam menikmati acara yang telah disiapkan oleh panitia weekend KMK. Tentunya beberapa dari kalian belum tahu apa itu KMK dan apa arti dari weekend itu sendiri. KMK adalah Keluarga Mahasiswa Katholik, sebuah perkumpulan rohani katholik atau disingkat roh-kat dimana kami sering berkumpul setiap hari jumat pada pukul 11.30 WIB di ruangan J1111. Dan weekend disini berarti acara yang diadakan setiap awal tahun ajaran baru untuk menyambut mahasiswa yang baru masuk di Universitas Gunadarma. Menurut saya weekend ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa baru, karena kami akan mengenal banyak mahasiswa lain dari kampun kalimalang dan juga dari kampus depok, baik itu seangkatan, lebih muda, lebih tua, atau yang paling tua sekalipun (nanti akan saya ceritakan kenapa saya tuliskan “paling tua”).
Pagi itu pada tanggal 14 Agustus 2009, sekitar pukul delapan,kami semua berkumpul untuk absen ke panitia dan membayar uang untuk ikut serta dalam acara yang sudah dibuat panitia. Jumlah peserta yang ikut cukup banyak. Pagi itu saya tidak mengenal satupun dari mereka, tapi ada seseorang yang mengajak saya berkenalan dan ia menyebutkan namanya, yaitu Irwan. Secara sekilas mata ia terlihat seperti sosok yang baik dan humoris, saya senang bisa berkenalan dengannya, namun sayangnya sekarang dia sudah tidak berada di kampus ini karena pindah entah kemana. Setelah semua selesai absen, kami berdoa memohon keselamatan sampai tujuan sambil menunggu kendaraan yang akan membawa kami ke tempat tujuan, namun sebelum ke tempat tujuan, kami menuju ke kampus depok terlebih dahulu untuk menjemput peserta lain. Saya sempat berpikir , dengan apa kami akan pergi ke tempat tujuan yang berada di puncak, apakah bus, mini bus, atau kendaraan lainnya. Tapi ternyata yang muncul adalah dua buah tronton besar bertuliskan TNI AL! Hal ini sungguh mengejutkan saya karena ini adalah pertama kalinya saya naik tronton dan kami terlihat seperti narapidana saat berada di dalamnya.
Sekitar pukul 9 kami pun menaiki tronton TNI AL itu. Dalam perjalanan, rasanya kurang nyaman karena saya duduk tepat di atas ban dan jalanan terasa berlubang padahal itu akibat shock breaker dari tronton yang kurang empuk. Ya sudahlah, nikmati saja perjalanan ini sampai ke puncak, toh biaya yang dikeluarkan tidak banyak, jadi saya terima saja. Setelah beberapa jam, kami sampai di kampus depok dan singgah sebentar untuk berkumpul bersama dan kembali meneruskan perjalanan menuju puncak. Tronton pun terasa ramai dengan manusia dan barang bawaan. Menambah situasi menjadi panas dan sempit. Dalam perjalanan saya tidak banyak berbicara, tapi saya berkenalan lagi dengan seseorang yang bernama Nugroho. Ia orang yang pendiam namun menyenangkan.
Akhirnya sampai juga di puncak kurang lebih pada pukul 12.30. kami menurunkan semua barang bawaan masing-masing dan memasukkannya ke dalam vila yang sudah disewa oleh panitia. Vilanya cukup nyaman, namun kapasitas untuk menampung massa yang banyak ini kurang. Entah vilanya yang kecil atau orangnya yang banyak. Kami masuk dan berdoa atas keselamatan kami sampai di puncak dan membagi kamar. Tanpa diduga, satu kamar dihuni oleh 15-20 orang! Sungguh menakjubkan perjalanan saya yang satu ini, dimulai dari tronton TNI AL dan sekarang adalah kamar kecil dengan dua kasur tanpa bantal dan guling yang dihuni oleh banyak orang. Dalam hati saya menerima saja, karena ini adalah bagian dari perkenalan dengan mahasiswa lain.
Setelah menaruh barang, kami berkumpul kembali untuk makan siang dan memulai acara. Pertama-tama, kami diperkenalkan semua panitia yang berpartisipasi dan berusaha untuk melancarkan kegiatan ini. Sesi perkenalan pun selesai dan kami dibagi dalam beberapa kelompok yang dicampur dari berbagai angkatan agar kami saling mengenal. Saya tidak begitu ingat susunan acaranya, karena itu sudah berlalu selama satu tahun.
Suasana disana cukup nyaman, dilengkapi dengan pemandangan yang indah dan hijau. Sungguh menyegarkan pikiran dan perasaan karena biasanya setiap hari saya hanya melihat motor, mobil, dan bangunan-bangunan tinggi. Sore hari itu kami diberi waktu senggang, dan saya memanfaatkannya untuk bersantai dan mengobrol dengan seorang pastor. Pastor itu akan memimpin acara selanjutnya, ia memberikan cerita-cerita yang memotivasi kami untuk terus belajar, berusaha, dan pantang menyerah dalam menjalani hidup ini. Sore berganti malam dan akhirnya sampai juga di acara yang ditunggu-tunggu, yaitu makan malam. Makanan yang disuguhkan cukup enak dan menghangatkan badan dari udara puncak yang dingin. Kabut pun makin tebal sampai bulan tak telihat. Setelah makan malam dan sedikit acara, kami pergi tidur untuk hari esoknya. Bagian tidur ini tidak akan saya lupakan karena inilah yang menarik. Kami bingung bagaimana cara tidur yang nyaman untuk semua orang (walaupun tidak ada yang merasa nyaman). Kami putuskan untuk tidur seperti ikan asin yang sedang dijem ur.

0 komentar:

Posting Komentar